Senin, 31 Desember 2012

ArtWork - Sketsa: Pasar Beringharjo

(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Pasar Beringharjo #1
Tinta China+Tusuk Sate pada Kertas Florida Pink A3
2012


Pasar Beringharjo adalah pasar tradisional yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani kawasan Malioboro, Yogyakarta. Jadi sayang sekali kalau jalan-jalan ke malioboro tapi melewatkan untuk mampir dan berbelanja di pasar beringharjo. Pasar ini telah digunakan sebagai tempat jual-beli sejak tahun 1758.
Sejak ratusan tahun yang lalu pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonomisnya. Selain itu beringharjo juga merupakan salah satu pilar ‘catur tunggal’ (terdiri dari Kraton, Alun-alun Utara dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.
Beberapa gambar pasar beringharjo yang berganti muka.. Gambar diambil dari berbagai sumber di mbah gugel. hehe

Pasar beringharjo

Pasar beringharjo

Pasar beringharjo

Pasar beringharjo

Pasar beringharjo


Wilayah pasar beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama “Beringharjo” sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.

Yang ditawarkan dari pasar beringharjo sangatlah beragam. Mulai dari koleksi batik, pernak-pernik, sampai barang-barang tradisional seperti cobek, besek dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa pasar tradisional ini adalah pasar yang serba ada. Semuanya bisa dibeli di sini dengan harga yang relatif murah.

Aku sudah hidup di jogya hampir lima tahun dan sering sekali masuk pasar beringharjo namun belum pernah sempat nyeket di sana. Akhirnya beberapa waktu lalu bersama Indonesias Sketchers Jogja, kita melakukan Sketching and Sharing di pasar beringharjo. Dan aku memutuskan untuk membuat sketsa bagian depan (bagian utama) pasar beringharjo. Walaupun harus mengadap sinar matahari pagi, tapi gairah membuat sketsa di depan pasar beringharjo tak tergentarkan.
Tapi setelah menggosongkan diri dan bermandikan cucuran keringat, akhirnya sketku selesai.

Pasar Beringharjo #1
Tinta china+Tusuk sate pada Kertas Florida Pink A3
2012


Kemudian aku berjalan ke dalam, mencari objek yang menarik, sampai ke lantai 3 bagian belakang pasar, aku baru menemukan mbah penjual besek. Karena tidak kondusif untuk mengeluarkan kertas A3, akhirnya aku menggunakan jel pen dan sketbuk A5 sebagai senjataku.

Pasar Beringharjo #2
Mbah Broto (nama asli : mbah harjah)
Gel Pen pada Skerbuk A5
2012


Mbah harjo adalah salah satu penjual yang ramah. Dan yang membuatku terharu dari obrolan yang sesekali dilontarkan padaku, dia mendoakanku supaya aku cepat lulus kuliah, mendapatkan nilai yang bagus, dan cepat mendapatkan pekerjaan. Sungguh sangat menyentuh perasaanku. :’)

Poto-poto pas sharing di TBY..
Fotografernya mas Mujib Nur Rohman. Kebetulan anggota IS Jogja juga..


Sharing setelah sketsa

Sharing setelah sketsa

Sharing setelah sketsa

Sharing setelah sketsa


Sharing setelah sketsa



Sekian dulu post kali ini. Kalau ada salah atau kurang, mohon pembenarannya atau tambahannya. Kalau ada komentar atau masukan, silahkan..
Terimakasih.. :)



Selasa, 11 Desember 2012

ArtWork - Sketsa : Candi Plaosan

Hehe..
ini lanjutan dari post sebelumnya..
Masih di Candi Plaosan. Sebelah utara Candi Prambanan. Candi yang sangat menarik dan indah, menurutku..
(Klik pada gambar untuk memperbesar)


Candi Plaosan Lor


Candi Plaosan Lor

Candi Plaosan Lor

Ketika sketching and sharing aku mendapatkan 3 buah sketsa. 2 dengan tinta china, dan 1 dengan pensil mekanik.
Posisiku mensketsa kubedakan dengan posisiku mensketsa ketika survey. Objek utamaku adalah candi utama sebelah utara, kuambil dari pojok, bagian timur-laut. Senjata perang yang kugunakan adalah tusuk sate dan tinta china. Lumayan repot juga menggunakan alat ini. Tapi, berakit-rakit ke hulu lah. Toh media ini memang membuat karya menjadi lebih wah. Hehe..
Membelakangi matahari ternyata membuat keringat lumayan mengucur juga. Aku seperti habis mandi ketika sketsaku selesai. Kertas yang kugunakan adalah florida A3 warna pink. Haha..

Candi Plaosan #2
Tusuk Sate+Tinta China pada Kertas Florida A3
2012


Sketsa keduaku aku ambil dari candi utama sebelah utaran dan objek utama adalah candi utama sebelah selatan. Masih menggunakan tusuk sate dan tinta china. Kali ini aku menggunakan kertas hawaii A3 warna krem kuning.

Candi Plaosan #3
Tusuk Sate+Tinda China pada Kertas Hawaii A3
2012


Dan terakhir adalah sketsaku dengan menggunakan pensil. Aku menggunakannya karena aku berniat ingin membuat sketsa detail, menemani salah satu anggota IS Jogja yang ingin mendetail juga. Tapi ternyata dia malah menyerah dan tidak meneruskan sketnya. Dan tinggallah aku seorang diri mendetail dan ditunggu teman-teman sketsa lainnya.
Objek utamaku adalah salah satu stupa yang ada di bagian utara kompleks candi plaosan lor. Salah satu yang masih lumayan utuh bentuknya. Aku tidak tau nama dari stupa ini. *piss
Kali ini aku menggunakan kertas linen A3 putih.

Candi Plaosan #4
Pensil Mekanik 2B 0,5 Pada Kertas Linen A3
2012


Sekian dulu post kali ini. Kalo ada salah atau komentar silahkan..
Terimakasih..



Candi Plaosan

(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Candi Plaosan Lor


Candi plaosan adalah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk permaisurinya, Pramudyawardani. Candi ini terletak di utara candi Prambanan. Sekitar 1 kilometer. Tepatnya di Dusun Bugisan Kecamatan Prambanan. Yang menarik dari candi ini adalah arsitektur yang digunakan adalah perpaduan Hindu dan Budha. Selain itu juga candi plaosan memiliki keunikan, yaitu candi dua candi utamanya kembar serta teras yang permukaannya halus.

Candi plaosan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu plaosan lor dan plaosan kidul. Kedua candi tersebut memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat berbentuk gardu di bagian barat, serta stupa di sini lainnya. Karena kesamaan itu, candi plaosan lor dan plaosan kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh. Sehingga sampat sekarang candi plaosan sering juga disebut candi kembar.

Candi Plaosan Lor

Candi Plaosan Kidul


Seluruh kompleks candi plaosan memiliki 116 stupa perwira dan 50 candi perwira. Stupa perwira bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwira yang ukurannya lebih kecil. Bangunan candi plaosan lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m.

Sepertinya segitu aja perkenalan tentang candi plaosannya. Intinya, candi ini bagus dan sayang sekali kalo sudah sampai ke prambanan tapi tidak mengunjungi juga candi plaosan.
Kebetulan aku pertama kali tertarik dengan candi ini adalah ketika aku tidak sengaja sampai di kompleks ini. Dan benar-benar baru tau bahwa di sebelah utara candi prambanan ternyata juga ada candi yang tidak kalah cantiknya dengan candi prambanan.

Nyasar Pertama di Plaosan


Pertama kali nyasar ke candi plaosan sih ketika hunting foto. Dan aku tidak membawa persiapan apapun. Hanya buku agenda kecil berukuran A6 yang selalu ada di dalam tasku.
Sudah sampai di sana, sayang sekali jika tidak mengabadikan moment itu dengan sketsa. Akhirnya aku membuat sketsa pada halaman belakang buku agendaku. Hanya dengan menggunakan gel pen.


Candi Plaosan
Jel pen pada Halaman belakang Agenda A6
2012


Dan beberapa kali aku menginjakkan kaki ke dalam candi plaosan dan semakin tertarik pada keindahan candi tersebut. Candi yang tidak terlalu luas, dan menurutku pas jika kita ingin berkeliling melihat candi.
Memang tidak seluas candi ratu boko, dan tidak sebesar candi borobudur, juga tidak setinggi cadi prambanan. Namun candi ini cantik dengan porsi yang pas. Hehe

Hm.. kemudian aku mengusulkan untuk melakukan sketching and sharing bersama Indonesias Sketchers Jogja di candi plaosan lor. Dan here we go...
Nyeket bareng di sana...
Namun, aku curi start karena aku melakukan survey dengan rekan-rekan pengurus utama lainnya. Dan aku mendapatkan 1 sketsa..


Survey bersama beberapa anggota IS Jogja

Tempat paling teduh di Plaosan Lor
Di bawah pohon. Hehe

Nyeket Candi Utama sebelah Utara


Candi Plaosan #1
Tusuk Sate+Tinta China pada Kertas Hawaii A3
2012


Melakukan sketsa di tempat paling teduh di kawasan candi plaosan lor. Di bawah pohon. Hahahaha...
Karena aku malas mendetail batu, sehingga alat perang yang kugunakan adalah tusuk sate dan tinta china. Aku juga menggunakan kertas hawaii kuning krem ukuran A3.
Kali ini aku hanya akan meng-upload sket ini saja. Lainnya akan ku upload pada postku selanjutnya. hehe

Sekian dulu post kali ini, kalau ada salah atau kurang mohon pembenaran dan tambahannya. Kalau ada yang ingin berkomentar atau memberi masukkan silahkan...
Terimakasih...



Selasa, 04 Desember 2012

ArtWork - Sket : Heritage malioboro yogyakarta

(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Heritage Malioboro Yogyakarta
Gel Pen pada Sketbuk A5


Lagi jalan ke malioboro, iseng aja ke jalan malioboro paling utara. Karena di situ memang ada sebuah bangunan bersejarah yang memiliki bentuk yang memang khas. 
Aku memang sudah beberapa kali memotret bangunan tersebut, tapi sampai sekarang aku belum pernah mensketsanya. Jadi ketika aku di malioboro untuk mengantar temanku itu, aku memutuskan untuk mensketnya. 

Aku mencari posisi, dan langsung mengeluarkan alat perangku. Gel pen dan sketbuk canson A5.
Sket.. Sket.. Sket...
beberapa orang yang lewat, berhenti dan memperhatikanku dan sketsaku. Aku sebenarnya malu, tapi aku tidak perduli..

Sket sudah jadi. dan aku fisnishing dengan air tinta..
Sret.. Sret.. Sret.. 
Di tambah cipratan sedikit dan jadi...

Heritage Malioboro Yogyakarta
Gel Pen pada Sketbuk A5



Di malioboro sebenarnya banyak sekali heritage. Namun beberapa ada yang sudah beralih fungsi menjadi toko dan sebagainya.
Jadi ketika kita pergi ke malioboro, sebenarnya banyak sekali objek menarik di sana..
Mungkin lain kali aku akan memposting heritage-heritage lainnya itu.

Sekian dulu post kali ini. Kalau ada yang ingin memberikan masukan atau komentar sangat diperkenankan..
Terimakasih...



Senin, 03 Desember 2012

ArtWork - Sketsa Nyusup kelas gambar bentuk

Nyusup di kelas gambar bentuk anak semseter 1. Hehe..
Masih menggunakan kertas A3 dan pensil.. Sejatinya kuliah gambar bentuk di kampusku disarankan sih menggunakan pensil 2B..
Studi Gambar bentuk adalah dasar dari studi bidang lainnya. Karena pada gambar bentuk, kita benar-benar dilatih untuk memperhatikan komposisi, proporsi, arsir gelap terang dan bentuk itu sendiri. Pengamatan kita benar-benar dilatih.
Kita mengamati bentuk halus, kasar, empuk, keras dan sebagainya. Kita harus mencari bagaimana cara menggambarkan benda-benda tersebut tadi dengan media pensil diatas kertas..
Kembali ke menyusup kelas gambar bentuk..

Waktu aku datang ke kelas, ternyata tidak ada seorangpun yang kukenal. Haha.. berasa menjadi alien saja..
Dan ternyata sekarang kata diwajibkan membawa kertas sendiri. Padahal ketika jamanku dulu kita mendapatkan jatah kertas..
Jadi.. karena tidak ada persiapan sama sekali, aku meminta kertas pada salahs atu mahasiswa. :P

Objek gambar sudah ada. Gitar. Waw.. objek yang lumayan sulit, menurutku..
Tanpa pikir panjang langsung saja aku mencari posisi yang enak untuk mulai menggambar.. tapi..
Aku malas hanya menggambar gitar saja, aku malah tertarik pada suasana kelas ini...
Hm.. hm...
Oke!
Aku memutuskan untuk menggambar suasana kelas gambar bentuk saja...
Sret.. sret.. sret...
Jadi!!
Beberapa mahasiswa malah berkomentar “lho kok digambar semuanya mas??” “wah, ini aku!!” “Aku mana mas??”
Aku Cuma senyum aja..
(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Nyusup kelas gambar bentuk
Pensil mekanik 2b 0,5 pada kertas A3


Sekian post kali ini..
Udah lama gak posting jadi agak kaku dan bingung mau nulis apa...
Hehe
Kalo ada masukan atau komentar silahkan..

Sabtu, 14 Juli 2012

ArtWork - Coret Sakti : Waktunya Cukur

(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Coret Sakti : Waktunya Cukur


Hm.. terinspirasi pas buka-buka album poto lomba mural di UNS dulu, rambutnya lagi serempakan pada gondrong dan kebetulan aku abis cukur ndiri... Jadi ya keliatan paling rapih.. Hahahaha
Ini penampakannya..

Personel Coret Sakti


Hm ya.. langsung dikaryakan ke kertas A4.. pake Drawing Pen aja...
Trus di scan.. dan pewarnaannya pake Photoshop..
Hehe.. lagi males ngewarna manual soalnya...

Gak tau deh desain ini bakalan dikaryakan di tembok mana??
Yang jelas sih.. lagi iseng-iseng aja..
Terinspirasi diwaktu yang bener-bener gak terduga sama sekali..
Hahahahaha...

Pewarnaan di photoshop, aku cuma menggunakan tool "brush" dan "magic selection".. Karena sketku memang udah gak ada yang bolong antara objek satu dan lainnya, jadi ngewarnanya aman-aman aja...
Gak pake shading ato high light.. Cuma pake 1 warna aja...

Sekian post kali ini..
Kalo ada masukan atau komentar silahkan...
Makasih...
:)



Jumat, 13 Juli 2012

ArtWork - Topeng Monyet

(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Topeng Monyet
Acrylic on Papers
90x70 cm
2012


Banyak kertas gak kepake bekas print yang salah dan koran-koran bekas. Mau dibuang sayang, mau dijual males bawanya..
Jadi.. Aku akalin buat bikin media aja..
Kertas-kertas disusun dengan lem pada sebuah spanram (kayu untuk memasang kanvas). Dan membentuk media yang menjadi seperti kanvas. Aku sih menyebutnya kanvas kertas..
Padahal jelas berbeda antara kanvas dan kertas..
Haha..
Tapi, aku sudah terlanjur nyaman menyebut media ini demikian..

Butuh beberapa kali lapis dan beberapa kali pengeringan untuk menghasilkan media yang kencang dan rata..
ya.. mesti sabar juga. karena awalnya akan susah untuk mengencang dan akan ada gelembung udara di sana-sini. Juga akan kendor karena kertas yang basah oleh lem.

Dan setelah jadi...
Aku malah bingung pengen bikin apa di kanvas kertas ini. Sayang...
Hahahaha..
Tapi akhirnya aku mutusin buat bikin dari sketku yang dekoratif..
Tentang Topeng Monyet...

Background sengaja kubikin transparant agar terlihat media tersebut terbuat dari kertas dan juga sebagai sarana untuk memenuhi background yang hanya satu warna saja. Dan aku menggunakan 3 outline dengan warna hitam putih dan hitam. Outline dengan warna lain kugunakan untuk membuat objek lain selain objek utama menjadi tidak terlalu kuat, sehingga objek utama tidak terkalahkan fokusnya.

Tentang topeng monyet sendiri..
Ya.. Aku gambarin gamblang antara si monyet dan tuannya..
Monyet yang melakukan apapun yang diinginkan si tuan demi untuk mendapatkan uang dari para penonton yang terhibur akan aksi mereka..
Penggambaran kuli dan bos besar. Si kuli yang bekerja sangat keras untuk menghasilkan uang dan bos besar yang lebih banyak menikmati hasil jerih payah dari kuli tersebut..
Si kuli yang terlalu keras bekerja dan hanya mendapatkan upah yang sangat minim sering tergambar jelas di lingkungan negara tercinta ini.. Kuli yang kadang kurang mendapatkan kesejahteraan dan terus-terusan tertindas oleh atasan..
Istilah "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara" kini kerap terdengar dari mulut-mulut warga yang merasakan hal itu..
Topeng monyet.. yah.. topeng monyet...
Monyet yang bertopeng manusia yang bersikap seperti monyet!

Sekian dulu post kali ini. Kalo ada masukan atau komentar silahkan...
Makasih...
:)



Selasa, 10 Juli 2012

Mural Food Court Gembira Loka Zoo

(Klik pada gambar untuk memperbesar)

Food Court Gembira Loka Zoo


Hm..
Dapet job garap mural..
Motif hewan di warung buat food court di Gembira Loka Zoo Yogyakarta..
Menarik.. Menantang..
Tapi lumayan cape juga..
Cos minta awal bulan rampung...
Ya.. Waktu 10 hari.. Kerja dari jam 10 pagi sampe 6 sore...
Ada 8 warung dengan motif berbeda..
Harimau, Zebra, Kucing Hutan sama Jerapah...

Ada yang lokasinya enak buat digarap. Pas garap adem, ketutup bayangan pohon..
Tapi buat yang jerapah, panasnya gak ketulungan!!!

Kita juga disini kebut-kebutan sama para kuli yang bikin warungnya..
Hadeh.. bener-bener repot. Ribet. Dan Cape...

Tapi untungnya pada semangat garapnya!!!
Ya.. mau gimana lagi...
Ngejob.. Ngejob... Asik.. Asik...

Food Court Gembira Loka Zoo

Food Court Gembira Loka Zoo

Food Court Gembira Loka Zoo


Personel ngejob kali ini adalah..
Aku..
Erwin (Ndoro yang ngajakin kita)
Siwe
sama pada H-3 kita nambah orang, temennya siwe. Aku gak punya pesbuknya. Haha..

Hm.. setelah mengucurkan keringat dan menghabiskan banyak waktu.. Akhirnya...

Harimau..

Harimau

Food Court Gembira Loka Zoo


Jerapah

Jerapah

Food Court Gembira Loka Zoo

Food Court Gembira Loka Zoo


Zebra

Zebra

Food Court Gembira Loka Zoo


Kucing Hutan

Kucing Hutan

Food Court Gembira Loka Zoo

Food Court Gembira Loka Zoo


Hm.. Gara-gara ngejob inilah aku gak pernah posting. Cos pulang magrib dan cape.. biasanya abis makan terus ketiduran..
TAku aja terbengkalai.. Hiks...
Tapi.. Alhamdulillah tergarap apik..

Sekian dulu post kali ini, kalo ada masukan ato komentar silahkan...
Ato kalo pengen ngasih job juga gapapa.. Hahahahaha...
Silahkan hubungi kami.. Coret Sakti ato Koperasi Unit Mural (KUM) Cong Berong..

Makasih.. :)



Minggu, 08 Juli 2012

Sketsa

Ada materi menarik dan bagus banget karya salah satu anggota Indonesias Sketchers.. Pak Aryo Sunaryo..
Hm.. Biasanya aku nulis sendiri ngereview dari bacaan-bacaan yang kutahu. Cari-cari materi buat kutulis. Tapi kali ini aku langsung aja copy tulisan beliau biar tambah banyak yang baca tulisan ini.. Hehe...

Langsung aja deh...




Oleh: Aryo Sunaryo 
catatan: Tulisan ini pernah dibuat dalam rangka penerbitan Hasil Lomba Sketsa Arsitektur Stasiun KA Tawang Semarang, 12 Desember 1999. 
Untuk melengkapinya, pada blog ini ditambahan gambar ilustrasinya. 


Untuk melengkapinya, pada blog ini ditambahan gambar ilustrasinya. 


I. Sketsa atau sket (sketch) secara umum dikenal sebagai bagan atau rencana bagi sebuah lukisan. Dalam pengertian itu, sketsa lebih merupakan gambar kasar, bersifat sementara, baik di atas kertas maupun di atas kanvas, dengan tujuan untuk dikerjakan lebih lanjut sebagai lukisan. Mengingat sederhana penampilannya, sketsa lebih merupakan “persiapan” dari lukisan yang akan datang, demikian tulis Putu Wijaya. 

Menurut Meyers (1969) sketsa merupakan gambar catatan. Ia membedakannya dengan gambar karya lengkap dan gambar karya studi. Dalam karya studi, gambar merupakan eksplorasi teknis atau bentuk untuk penyelesaian lukisan, patung, dan lain-lain. Biasanya penggambarannya menyoroti rincian dari bagian-bagian tertentu, misalnya anatomi kepala, tangan atau bahu, draperi, dan sebagainya dalam mempelajari bentuk orang. Gambar semacam ini misalnya, dikerjakan oleh Leonardo da Vinci (1452-1519) dan Michaelangelo (1475-1564). 





Gambar karya lengkap merupakan karya final, gambar sebagai karya jadi. Sebagai ungkapan dalam bentuk gambar, ia berfungsi sebagai sarana komunikasi, mendeskripsikan dan menjelaskan objek-objek secara visual, sebagaimana karya ilustrasi visual. Gambar karya lengkap berdiri sendiri sebagai karya yang selesai, seperti karya-karya lukis atau patung. 

Dalam sketsa, kata Meyers, terdapat keinginan pembuatnya untuk merekam kejadian atau objek yang dilihat sebagai momen yang menarik perhatian penggambarnya. Sketsa mungkin dibuat untuk memenuhi kebutuhan sebagai latihan, main-main, atau semacam ungkapan pribadi. Dalam hal yang terakhir, karya sketsa dipandang setara dengan lukisan. Oleh karenanya, Agus Dermawan T ketika mengomentari sketsa-sketsa karya Ipe Ma’roef (1938 -) seorang empu sketsa Indone
sia, mengungkapkan sebagai lukisan garis. Ungkapan ini sekaligus menegaskan, bahwa garis perannya amat menonjoldalam sebuah sketsa. 

Meski bagi Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsur yang paling menonjol hakiki dalam seni lukis, namun pada dasarnya terdapat perbedaan antara sketsa dengan lukisan. Ada ungkapan yang menarik yang disampaikan oleh Kusnadi, seorang seniman dan kritikus seni rupa. Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang lengkap. Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan estetis dihadirkan secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan selektif. Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping unsur garis. Bahkan dalam lukisan, unsur warna menjadi penting sebagai unsur tambahannya (Schinneller,1966). 

Kedua, baik sketsa maupun lukisan merupakan ungkapan artistik yang bersifat pribadi. Aspek ungkapan yang bersifat pribadi ini lebih penting dari pada aspek lain yang bersifat informatif-naratif. Melalui sketsa, pembuatnya dapat mengungkapkan pengalaman yang bersifat pribadi dengan total. Sebagaimana gesekan biola yang mendayu mengiris kalbu, sketsa dapat menggetarkan perasaan orang yang melihatnya, sama halnya dengan sebuah lukisan. Jadi, sketsa bukan lagi sebagai bagian dari perencanaan sebuah lukisan, melainkan memiliki otonomi sendiri, berdiri sejajar dengan lukisan. Dengan demikian, sikap berkarya sketsa sama dengan ketika akan berkarya lukisan. Ingat saja karya-karya Vincent van Gogh (1853-1890), pelukis ekspresionis Belanda itu. 

Semasa hidupnya yang pendek, ia telah menyelesaikan kira-kira 3000 sketsa di samping 800 lukisan cat minyak. Baginya sikap membuat gambar atau sketsa sama dengan sikap membuat lukisan. Perasaan dan emosi sangat memegang peranan. Begitulah, karya-karya sketsanya sebagai gambar ekspresif. Dari sisi intensitas ekspresivitas, sejumlah karya sketsa beberapa pelukis bahkan tampil lebih kuat dan menarik, meski hanya berupa goresan-goresan hitam putih atau sebagai gambar rencana lukisan sekalipun. Sketsa karya Poussin (1593-1665) yang berjudul “Massacre of the Innocents” misalnya, rasanya lebih menarik dari pada lukisannya dengan judul yang sama. Daya tarik dan kekuatan-kekuatan serupa juga dapat dijumpai pada karya-karya sketsa pelukis Delacroix (1798-1863), Tiepolo (1690-1770), bahkan juga pada sketsa karya Auguste Rodin (1840-1917) dan Henry Moore(1898-1986) pematung kenamaan itu. 

II. Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa memiliki keragaman tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok hanyalah pada medium pengucapannya. 

Mengenai tema, sketsa lebih banyak dikaitkan dengan subjek yang diangkat dari penggarapan objek-objek out door, mengingatkan orang pada kaum impresionis di abad XIX dengan out door painting-nya itu. Dalam hal ini, pemandangan di luar seperti kebun, ladang, jalan-jalan, perkampungan padat, keramaian kota, bangunan-bangunan, dan kesibukan-kesibukan orang di pasar, merupakan objek-objek menarik yang menggugah penggambar atau pelukis untuk membuat sketsa melalui pengalaman melihat langsung. Rupanya kontak langsung melalui pengamatan untuk mendapatkan impresi dan mengembangkan imaji menjadi bagian penting dari proses penciptaan dan pemilihan tema dalam sketsa. Itulah sebabnya sketsa dipandang sebagai rekaman atas objek atau peristiwa yang menarik perhatian penggambarnya. Dengan proses kerja seperti itu, tentulah banyak diperoleh keuntungan. Antara lain mempertajam pengamatan, meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengkoordinasikan antara hasil pengamatan dengan keterampilan tangan. Di lembaga-lembaga pendidikan seni, sketsa masih dipercaya sebagai latihan-latihan yang wajib dilakukan bagi mahasiswa, dalam rangka menumbuhkan dan mengkukuhkan keprofesionalannya. 




Dalam perkembangannya, sketsa kemudian tidak hanya menampilkan objek-objek nyata yang kasat mata dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, melainkan terjadi perkembangan tema-tema sketsa. Munculah tema sketsa yang lebih merupakan pernyataan imaji, impian, kesan-kesan, dan pikiran-pikiran penciptanya dan lebih abstrak. Sketsa pelukis Nashar (1928- ) misalnya, yang dipamerkan di Jakarta tahun 1976, dipandang Putu Wijaya telah membebaskan garis sebagai batas dari wadag. Garis tersebut telah dibiarkan hidup sebagai garis, menjadi wadag itu sendiri dalam kubungannya dengan kesan-kesan yang diperoleh batin pelukisnya. Atau dapat saja kesan-kesan dalam pelukis Oesman Effendi yang amat subjektif atas apa yang diamatinya itu, mewujudkan sketsa-sketsa yang hilang sosoknya dan berubah menjadi permainan irama garis. Rudi Isbandi ( 1937- ) pelukis asal Surabaya, pernah membuat sketsa berjudul “Kali Mas” dan yang tinggal dalam karyanya hanyalah berupa garis-garis seperti kawat namun sangat esensial, sehingga menjadi abstrak. Pelopor lukisan abstrak Indonesia, Fajar Sidik (1930- ) membuat sketsa-sketsanya terbebas dari kenyataan visual dan bergaya abstrak. 

Mengenai gaya sketsa, hampir penciptanya mengembangkan gaya pribadi masing-masing sesuai dengan cita rasa dan tanggapannya atas lingkungan. Tetapi sebagai kecenderungan cara dan corak ungkapan karya, barangkali dapat dikelompokkan menjadi beberapa saja. 

Untuk menyebut kecenderungan yang berkembang di sekitar kita, aganya dapat dikelompokkan menjadi sketsa yang bercorak figuratif, baik yang realistis, ekspresionistis, maupun dekoratif, kemudian corak surealistis-imajinatif dan corak abstrak. 

Ipe Ma’roef dan kebanyakan pelukis sketsa, karya-karyanya dapat dikelompokkan ke dalam sketsa figuratif-realistis. Corak figuratif-realistis meski dimanifestasikan dengan garis yang sederhana dan hemat, secara keseluruhan menunjukkan hasil pengamatan yang cermat atas objek nyata dan masih setia pada proporsi, anatomi, dan gejala perspektif sebagaimana yang diberikan oleh alam atau kenyataan visual. 

Jika karya-karya sketsa Ipe kebanyakan termasuk corak figuratif-realistis, sketsa-sketsa Affandi (1907-1988), Nyoman Gunarso (1944- ) dan Suwaji (1942- ) merupakan contoh sketsa figuratif ekspresionistis. Pada corak sketsa ini didorong oleh gejolak emosi dan spontanitas yang kuat, sosok atau bentuk-bentuk yang digambarkan mengalami pendistorsian. Tubuh orang, misalnya, dibuat meliuk-liuk mengikuti irama dan getaran emosi sehingga mengesampingkan proporsi yang wajar. Pelukis Widayat (1923- ) membuat sketsa figuratif-dekoratif dan surealistis-dekoratif. Kegemarannya melakukan stilisasi dan gubahan-gubahan ornamentik dalam lukisannya, menampak pula pada karya sketsanya. 

Sketsa surealistis yang naïf kekanak-kanakan, yang menggambarkan alam bawah sadar dan penuh khayalan serta terasa absurd dapat dilihat pada karya pelukis muda Eddie Hara (1957- ). Jika Nashar dan Oesman Effendi membuat sketsa-sketsa semi abstrak, Fajar Sidik dan beberapa perupa muda membuat sketsa abstrak murni. Sketsa Fajar Sidik berupa pola-pola bidang organis yang tertata secara ritmis, mengingatkan pada lukisannya “Dinamika Keruangan” yang menjadi gayanya yang khas. 

Dalam perjalanannya, dilihat dari segi teknik, sketsa belum seanekaragam lukisan. Barangkali karena pada sketsa, penggambarannya hanya mengandalkan garis sebagai medium pengucapannya. Soal garis, Read (1959) pernah bilang bahwa garis merupakan sarana yang paling singkat dan abstrak untuk melukiskan mutu objek. 

Melalui garis, dapat dibangun raut atau bentuk, bidang, tekstur, ruang, atau gelap terang dengan arsir dan garis-garis silang, misalnya. Unsur warna, dapat saja dihadirkan dalam karya sketsa. Tetapi pada dasarnya warna garislah yang lebih berbicara. Justru penyajian hitam-putih merupakan kekuatan sketsa. 

Membicarakan soal teknik tak dapat dilepaskan dari penggunaan bahan, alat, serta proses penyajian karya. Bahan dan alat yang sering disebut media, dalam penciptaan sketsa biasanya adalah pensil dan arang serta media kering lainnya, juga tinta, yang menggunakan kuas, pena atau alat lain sebagai media basah. Pensil dan arang merupakan media yang fleksibel serta dapat menghasilkan jejak-jejak yang cukup bervariasi. Namun kecuali mudah terhapus, umunya nilai kepekatannya kurang. 

Penggunaan media basah dalam sketsa menampilkan goresan yang pekat, jelas, dan memiliki kemungkinan untuk divariasikan pula penggunaannya. Adakalanya kepekatan garis-garis dipadukan dengan cara bilas, yaitu membasahi atau menyapukan kuas basah dengan air. Cara demikian, dapat memperoleh objek efek khusus dan variasi nada atau nilai gelap terang, karena goresan tinta menjadi luntur dan mengembang. Tetapi upaya-upaya ini dalam sketsa dilakukan tidak untuk kepentingan membuat rincian yang berlebihan; sketsa yang baik haruslah tetap sumir dan menghindari penyajian rincian yang kurang esensial. 

Bagaimanapun, garis merupakan unsur rupa yang fundamental dan potensial dalam karya sketsa, ia tidak semata membentuk kontur. Potensi lain dari garis ialah kemampuannya mengekspresikan gerakan-gerakan, ruang atau kedalaman, dan mengesankan massa bentuk. Potensi-potensi inilah yang harus dikuasai oleh pembuat sketsa beserta pemilihan dan pemanfaatan media dalam mencapai nilai-nilai artistik karya. 

Terdapat dua pendekatan dalam menggunakan garis sebagai medium ungkapan sketsa. Pertama, pendekatan kontur dan yang kedua pendekatan gestur. 

Pada pendekatan kontur, sketsa dihadirkan dengan garis-garis tunggal seakan tak terputus, sebagai batas yang mengelilingi bentuk subjek-subjeknya, tanpa harus kehilangan spontanitasnya. Garis-garis yang dikerjakan secara free-hand itu, tampak eksplesit, tajam dan presisi. Tak ada garis yang salah. Tak ada garis yang diulang dan berlebihan, apalagi arsir dalam sketsa itu. Picasso (1881-1973), Henri Matisse menciptakan sketsa dengan cara ini. Meski garis-garis mereka dibuat dengan tarikan sekali jadi dan dengan ketebalan yang sama, dengan susunan tertentu dan pemenggalan-pemenggalan kontur di tempat-tempat yang pas, dapat dihadirkan kesan ruang dalam sketsanya. Pengaturan bagian-bagian yang kosong menjadi penting dalam menyatakan kesan ruang. Demikianlah, tarikan garis sekali jadi amat menentukan dalam sebuah sketsa. Ipe mengibaratkan sketsa sebagai teater. Sekali pemain muncul di panggung, tak ada kesempatan untuk meralat kekeliruan, lain dengan dunia film yang diibaratkan melukis dengan cat minyak. 

Pada pendekatan gestur, sketsa dibentuk oleh garis-garis yang dihadirkan dengan gesekan-gesekan tangan secara kontinyu sepanjang proses penciptaan. Dengan cara ini, bentuk sketsa lebih merupakan impresi tetapi mencitrakan gerak dan bentuk menjadi mengabur, karena dibangun oleh garis riuh bertindihan dan liar, sejalan dengan reaksi emosi yang bergelora ketika penggambarnya menghadapi objek. Jika dengan pendekatan kontur bentuk dirumuskan dengan garis tunggal, pada pendekatan gestur disugestikan dengan garis-garis jamak. Pelukis-pelukis seperti Vincent van Gogh, Daumier (1808-1879) atau Affandi membuat sketsa dengan pendekatan gestur. Baik pendekatan kontur maupun gestur, proses penggarapan sketsa dilakukan dengan teknik langsung (direct method), dalam arti dikerjakan sekali jadi tanpa melalui tahapan-tahapan. Oleh karena itu waktu pengerjaannya berjalan dengan singkat, tetapi dengan segenap jiwa yang intens dan total. 

III. Demikian, sebagai bentuk ungkapan pengalaman estetis, sketsa memiliki karakteristik kegarisan, sumir, esensial, dikerjakan secara langsung dan spontan dalam waktu singkat. Ia tidak semata berupa kontur dan garis gestur yang riuh tanpa arti, ia tidak hanya rekaman objek, melainkan ungkapan emosi dan kesan-kesan dalam sampai pada ke tingkat esensi objek, bahkan hingga bernilai simbolik untuk menyatakan gagasan dan khayalan penciptanya. Ia dapat mempresentasikan kenyataan fisik yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari sampai kepada pernyataan dunia batin yang lebih dalam dan abstrak. 

Sungguh merupakan upaya yang perlu disambut dengan gembira, bila ada beberapa pihak yang mendukung dan menerbitkan kumpulan karya-karya sketsa, khususnya sketsa dengan objek arsitektur stasiun K.A Tawang yang dikerjakan sepuluh mahasiswa pemenang lomba sketsa baru-baru ini. Mudah-mudahan dapat meningkatkan apresiasi dan berdampak luas menggerakkan dunia sketsa yang semakin lesu. 
Semoga…! 






Daftar Pustaka 

Bentara Budaya Jakarta. 1995. Garis dan Warna: Proses Kreatif Ipe Ma’roef. Jakarta: PT. gramedia Pustaka Utama 
Bersinar Lubis. 1995. “Goresan sebuah Puncak”, artikel dalam Gatra 22 Juli 1995 
Meyers S. Berray, 1969. Understanding the Arts. New York: Rinehart & Winst
Peter & Linda Murray. 1988. Dictionary of Art & Artists. London: Penguin Book 
Read, Herbert. 1959. The Meaning of Art. Toronto: Penguin Book Ltd 
Schinneller, J.A. 1966. Art Search and Self Discovery. Pensylvania: International Text Book Company 
Sidik, Fajar & Aming P. 1981. Desain Elementer. Yogyakarta: STSRI ASRI 
Simon, Howard. 1968. Teghniques of Drawing. New York: Dover Publiations Inc 
Sunaryo, Aryo. 1990. “Garis, Medium Ungkapan yang Potensial”. Makalahdalam diskusi dalam rangka pergelaran seni di IKIP Ujung Pandang 
Toney, Anthony. 1966. Creative Painting and Drawing. New York: Dover Publiations Inc. 
Wijaya, Putu. 1976. “Kesan-kesan Dalam” Artikel dalam Tempo 27 November 1976 
Wijaya, Putu. 1976. Sketsa-sketsa Henk Ngantung, dari Masa ke Masa. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan




Tulisan ini aku dapet dari blog beliau (Sayangnya cuma ada 2 post doang dan post terakhir udah taun 2009)..
http://aryofineart.blogspot.com/2009/12/sketsa.html

Sekian post kali ini.. Semoga bermanfaat bagi kita semua...