(Klik pada gambar untuk memperbesar)
Wilayah pasar beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama “Beringharjo” sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Yang ditawarkan dari pasar beringharjo sangatlah beragam. Mulai dari koleksi batik, pernak-pernik, sampai barang-barang tradisional seperti cobek, besek dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa pasar tradisional ini adalah pasar yang serba ada. Semuanya bisa dibeli di sini dengan harga yang relatif murah.
Aku sudah hidup di jogya hampir lima tahun dan sering sekali masuk pasar beringharjo namun belum pernah sempat nyeket di sana. Akhirnya beberapa waktu lalu bersama Indonesias Sketchers Jogja, kita melakukan Sketching and Sharing di pasar beringharjo. Dan aku memutuskan untuk membuat sketsa bagian depan (bagian utama) pasar beringharjo. Walaupun harus mengadap sinar matahari pagi, tapi gairah membuat sketsa di depan pasar beringharjo tak tergentarkan.
Pasar Beringharjo #1
Tinta China+Tusuk Sate pada Kertas Florida Pink A3
2012
Pasar Beringharjo adalah pasar tradisional yang terletak di
Jalan Jendral Ahmad Yani kawasan Malioboro, Yogyakarta. Jadi sayang sekali
kalau jalan-jalan ke malioboro tapi melewatkan untuk mampir dan berbelanja di
pasar beringharjo. Pasar ini telah digunakan sebagai tempat jual-beli sejak
tahun 1758.
Sejak ratusan tahun yang lalu pasar ini telah menjadi pusat
kegiatan ekonomi dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah
berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih
berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonomisnya. Selain itu beringharjo juga
merupakan salah satu pilar ‘catur tunggal’ (terdiri dari Kraton, Alun-alun
Utara dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.
Beberapa gambar pasar beringharjo yang berganti muka.. Gambar diambil dari berbagai sumber di mbah gugel. hehe
Beberapa gambar pasar beringharjo yang berganti muka.. Gambar diambil dari berbagai sumber di mbah gugel. hehe
Pasar beringharjo
Pasar beringharjo
Pasar beringharjo
Pasar beringharjo
Pasar beringharjo
Wilayah pasar beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama “Beringharjo” sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Yang ditawarkan dari pasar beringharjo sangatlah beragam. Mulai dari koleksi batik, pernak-pernik, sampai barang-barang tradisional seperti cobek, besek dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa pasar tradisional ini adalah pasar yang serba ada. Semuanya bisa dibeli di sini dengan harga yang relatif murah.
Aku sudah hidup di jogya hampir lima tahun dan sering sekali masuk pasar beringharjo namun belum pernah sempat nyeket di sana. Akhirnya beberapa waktu lalu bersama Indonesias Sketchers Jogja, kita melakukan Sketching and Sharing di pasar beringharjo. Dan aku memutuskan untuk membuat sketsa bagian depan (bagian utama) pasar beringharjo. Walaupun harus mengadap sinar matahari pagi, tapi gairah membuat sketsa di depan pasar beringharjo tak tergentarkan.
Tapi setelah menggosongkan diri dan bermandikan cucuran
keringat, akhirnya sketku selesai.
Tinta china+Tusuk sate pada Kertas Florida Pink A3
2012
Kemudian aku berjalan ke dalam, mencari objek yang menarik,
sampai ke lantai 3 bagian belakang pasar, aku baru menemukan mbah penjual besek.
Karena tidak kondusif untuk mengeluarkan kertas A3, akhirnya aku menggunakan
jel pen dan sketbuk A5 sebagai senjataku.
Mbah Broto (nama asli : mbah harjah)
Gel Pen pada Skerbuk A5
2012
Mbah harjo adalah salah satu penjual yang ramah. Dan yang
membuatku terharu dari obrolan yang sesekali dilontarkan padaku, dia
mendoakanku supaya aku cepat lulus kuliah, mendapatkan nilai yang bagus, dan
cepat mendapatkan pekerjaan. Sungguh sangat menyentuh perasaanku. :’)
Poto-poto pas sharing di TBY..
Sekian dulu post kali ini. Kalau ada salah atau kurang,
mohon pembenarannya atau tambahannya. Kalau ada komentar atau masukan,
silahkan..
Terimakasih.. :)